Showing posts with label Event report. Show all posts
Showing posts with label Event report. Show all posts

Tuesday, May 14, 2013

ARVA's Open House: Inspiring Talk Show with Mars Rizkia from Kimilatta

Halo, apa kabar kalian semua? Setelah hampir setahun nggak muncul, tim Surabaya Fashion Carnival memutuskan kembali dengan satu postingan *say yeah!*.

Kali ini kami bakal membahas acara Arva School of Fashion's Open House yang telah diadakan dua hari kemarin yaitu tanggal 11 sampai 12 Mei 2013. Walaupun hanya dua hari, acara open house sekolah fashion design ternama di Surabaya ini berjalan seru. Nggak hanya bisa berkeliling dan melihat ruang-ruang kelas Arva, namun para pengunjung juga bisa mengikuti fun workshops berupa "re-style t-shirt", "fashion illustration", dan "mood board making".

Asiknya lagi, di hari terakhir (12/5/13), Arva mengadakan acara talk show yang mengundang Mars Rizkia, founder dan owner Kimilatta (yang juga bagian dari tim Surabaya Fashion Carnival) untuk berbagi pengalaman tentang bisnis aksesorisnya. Pengen tau kan gimana ceritanya? Yuk, langsung aja simak liputan kami dibawah ini! :)

- - -
Minggu, 12 Mei 2013.

Pukul 1 siang, tim Surabaya Fashion Carnival sampai di jalan Sambas no.16 dan langsung disambut ramah oleh para front officer Arva School of Fashion. Kami pun segera diantar naik ke lantai 2, melihat ruang pola yang bakal dijadikan talk show venue, dan masuk ke sebuah ruangan kecil yang digunakan buat tempat fun workshop "re-style t-shirt". Ketika pintu dibuka, terlihat 3 orang siswi Arva lagi asyik berkreasi dengan kaos berbahan stretch untuk menciptakan cut-up t-shirt yang unik dan cantik. Selesai menyimak proses menggunting dan menyimpul puluhan sayatan kain tersebut, tim Surabaya Fashion Carnival diantar turun kembali ke lantai 1 untuk menikmati jamuan makanan dan minuman. Disana, kami bertemu dengan Ibu Aryani Widagdo, founder Arva School of Fashion, dan mengobrol dengan beliau seputar Arva serta fashion sambil menyeduh teh hangat.

Selang beberapa menit, terdengar suara seseorang yang menyapa "Halo". Sang pemilik suara itu nggak lain adalah Mars Rizkiafounder dan owner merek aksesoris Kimilatta, yang merupakan tamu spesial Arva School of Fashion di hari itu. Datang mengenakan blazer denim, graphic tee, celana jins, ankle boots, dan single earring dari Kimilatta, Mars menyeduh minuman hangatnya dan ikut mengobrol sejenak dengan kami. Sampai akhirnya tibalah waktu dimana talk show bakal dimulai, Mars dan asistennya pun meminta ijin untuk menata display produk Kimilatta di lantai 2. Tidak lama, seorang front officer mempersilahkan tim Surabaya Fashion Carnival untuk naik ke lantai 2 dan bersiap untuk acara. Talk show pun segera dibuka oleh marketing manager Arva School of Fashion, kak Allin D. Clarinta, yang juga bertindak sebagai moderator. Tanpa perlu berbasa-basi, mic segera diberikan pada Mars Rizkia dan dimulailah sesi talk show yang bertemakan "Membuka dan Menumbuhkan Bisnis Aksesoris".

Mars Rizkia, founder dan owner Kimilatta, selaku pembicara talk show di hari itu
Dalam sesi talk show-nya, Mars Rizkia menceritakan secara runtut bagaimana ia bisa membangun brand Kimilatta sehingga dapat dikenal sebagai pionir pembuat aksesori dream catcher di Surabaya. Berikut cerita wanita berusia 23 tahun yang kerap diundang menjadi instruktur dalam workshop pembuatan dream catcher tersebut:

"Sebenarnya, aku belum sadar kalo passion-ku itu ternyata di aksesoris. Memang sih, dari kecil aku sudah seneng menggambar dan pengen masuk jurusan Despro (Desain Produk Industri) ITS buat ngasah ilmu menggambarku lebih jauh lagi. Tapi sayangnya, waktu itu orang tuaku kurang mendukung dan menyarankan aku buat kuliah di jurusan Manajemen. Akhirnya aku turutin dan sampai sekarang aku masih ngejalanin semester akhir di jurusan Manajemen, Universitas Airlangga.

"Di masa-masa awal perkuliahan, tiba-tiba muncul kesenangan pada aksesoris karena aku doyan belanja aksesoris dan suka ngelihat Mama kalo lagi iseng bikin gelang. Di tahun 2008, aku mulai belajar membuat aksesoris secara otodidak dan mencoba memakainya di kampus. Nggak disangka, temen-temenku banyak yang tertarik. Mereka pada bilang gini, "Eh, Sha. Keren banget sih gelangmu! Beli dimana?". Waktu itu aku jawab, "Oh, ini bikin sendiri." Spontan, mereka langsung kaget dan dari situlah aku membuka order-an aksesoris pertamaku."

Para peserta talk show, yang sebagian besar merupakan siswa-siswi Fashion Design One Year Program Arva School of Fashion, sedang asyik menyimak cerita Mars Rizkia
"Banyaknya orderan yang aku terima akhirnya meyakinkan aku kalo bisnis aksesoris ini bisa aku terusin. Aku pun langsung nyoba promo bisnisku lewat Facebook dan peminat karyaku bertambah banyak. Sampai suatu hari di tahun 2009, seorang customer-ku bertanya: "Bisa bikin dream catcher nggak?". Pertamanya aku sempet bingung, apa sih dream catcher iniKarena penasaran, aku googling deh di internet. Setelah ngerti kalo ternyata dream catcher adalah aksesori bikinan kaum Native American yang gunanya menangkap mimpi buruk, aku pun jadi tertarik untuk membuatnya. Setelah browsing tutorial pembuatan dream catcher di YouTube, aku makin giat belajar sampai akhirnya aku bisa membuat dream catcher-ku sendiri. Dari situ, aku merasa bangga; ternyata aku mampu membuat dream catcher yang tingkat kerumitannya cukup tinggi."

"Rasa kepuasaan itu men-encourage aku untuk mulai menyadari passion-ku yang sebenarnya, yaitu aksesoris. Dua tahun berikutnya, lebih tepatnya tahun 2011, aku memutuskan untuk branding hasil karyaku dan dari situlah perjalanan Kimilatta dimulai."

Mars Rizkia disamping produk-produk Kimilatta, hasil karyanya selama 2 tahun
"Tentang Kimilatta. Hm, di awal banyak yang mengira kalau Kimilatta adalah brand aksesoris yang hanya bertemakan Native American/American Indian. Padahal kenyataannya nggak seperti itu. Tema Kimilatta bisa beragam karena sebenarnya, Kimilatta adalah karakter fiksional bikinanku. Dia adalah cewek yang hobi jalan-jalan dan selalu mendapatkan inspirasi dari setiap lokasi yang ia kunjungi. Misalnya, di koleksi pertama Kimilatta yang berjudul "Chippewa Playground". Ceritanya, sang karakter fiksi tersebut sedang berkunjung ke North Mexico dan bertemu dengan suku Chippewa (atau Objiwe). Perlu diketahui bahwa suku Chippewa adalah pencipta dream catcher dan ketika disana, Kimilatta belajar membuat aksesori penangkap mimpi buruk tersebut dengan panduan sang kepala suku."

"Bicara tentang bisnis, aku memulai Kimilatta dengan modal uang (hanya) Rp 100.000,- dan jumlah barang sebanyak 5 jenis kalung yang sistemnya PO (pre-order). Disitu customer bisa memilih jenis kalung mana yang mereka inginkan. Lalu secara otomatis, aku bisa dapat modal dari customer-ku sendiri setelah mereka membayar pesanannya."

"Dalam memasarkan produk Kimilatta, ada 4 hal penting yang harus aku perhatikan, yaitu 4P: price, product, promotion, dan place. Untuk price, aku menyesuaikan profil target customer-ku yaitu kalangan menengah. Sebenernya banyak juga yang bilang Kimilatta cukup pricey, tapi aku pengen meyakinkan bahwa harga yang aku pasang udah menyesuaikan HPP (Harga Pokok Penjualan) dan desainnya. Sedangkan untuk product, aku pengen bikin sesuatu yang beda lewat Kimilatta. Kalau biasanya dream catcher itu warnanya netral, Kimilatta mencoba menawarkan yang warna-warni; bahkan dengan warna-warna terang seperti peach, kuning, oranye, dan biru muda. Selain itu, aku juga menggunakan material yang berbeda. Aku memakai bahan suede untuk membalut hoop ring-nya lalu menghiasnya dengan bulu angsa yang sudah diwarnai."

Contoh dream catcher Kimilatta yang bewarna-warni
"Aku juga sering research tentang kompetitorku agar aku semakin tau gimana harus memposisikan brand-ku. Kimilatta ini harus beda dengan yang lainnya."

"Masih tentang 4P dalam marketing. Untuk promotion, aku memakai segala macam social media (Facebook, Twitter, dan Instagram) dan sering mengikuti bazaar. Nggak hanya itu, aku juga cukup sering memberikan workshop tentang cara membuat dream catcher. Lewat sejumlah workshop itu sebenarnya aku pengen mengedukasi teman-teman bahwa membuat dream catcher itu nggak mudah dan itulah kenapa barang handmade selalu mahal. Ketika mereka mencoba membuat sendiri, lambat laun mereka pasti bakal sadar pentingnya apresiasi terhadap barang-barang handmade. Sama halnya seperti bikin baju. Ketika baju itu mahal, perlu diperhatiin dulu kualitas bahan dan desainnya; baru bisa ngomong itu murah atau mahal."

"Oh iya, dalam mempromosikan Kimilatta, aku juga menggunakan prinsip prime time. Maksudnya adalah peak hour; dimana dalam jangka waktu tertentu bakal ada banyak customer yang 'mengunjungi' (media online) produk kita. Sampai sekarang aku masih rajin lho nyatetin jam-jam 'rame' page Kimilatta di Facebook, Twitter, maupun Instagram. Gunanya biar aku nggak bakal 'brutal' kalau mau update info tentang brand-ku. Nggak perlu deh update terus-terusan karena bisa bikin orang bete. Selain itu, metode 'update terus-terusan' ini juga wasting time dan wasting energy jadi dinilai nggak efektif. Makanya, aku memberlakukan prinsip prime time biar cara kerjaku bisa lebih efektif."

"Terakhir adalah prinsip place dalam 4P. Selain di media online, Kimilatta bisa didapatkan di Surabaya (ORE Store) dan di Jogjakarta (Galeria Mall, lebih tepatnya di Goodmood Store). Untuk stockist, aku memang memilih toko-toko yang memiliki price range serupa dengan Kimilatta."

"Pas bisnis, tentunya penting banget melakukan analisa SWOT (Strength, Weakness, Opportunities, Threat). Strength dan Weakness datang dari bagian internal perusahaan kita, sedangkan opportunities dan threat datang dari eksternal perusahaan. Disini, aku menilai strength Kimilatta adalah desain dan kualitasnya. Weakness-nya, hm...mungkin harganya yang pricey ya. Tapi aku berusaha menutupinya dengan desain yang aku bikin. Desain itu harus dibuat seunik dan sebagus mungkin agar orang-orang menganggap "barang ini worth-it kok." Sedangkan kalo melihat keadaan diluar sana, Kimilatta jelas punya opportunities yaitu masih banyak stockist di Surabaya yang kekurangan aksesoris. Sementara untuk threat, masih banyak plagiator dan harga brand lain yang lebih murah."

----

Seusainya Mars bercerita tentang seluk-beluk Kimilatta, kak Allin segera membuka sesi tanya-jawab. Pertanyaan yang dilontarkan peserta kebanyakan tentang bagaimana Mars menjalankan bisnisnya, namun juga ada yang tentang personal ataupun saran untuk Kimilatta kedepannya:

Q: Bagaimana cara membangun mood kembali kalau lagi stuck?
A: Inspirasi itu emang easy come, easy go. Untuk mengakalinya, aku biasa bawa buku kecil atau yang biasa aku sebut "buku inspirasi". Setiap ada ide, aku selalu mencatatnya ke dalam buku itu biar nggak lupa. Kalaupun aku stuck, biasanya aku ambil 2 hari off; nggak kerja, nggak ngurusin Kimilatta dulu, baru setelah itu aku merasa fresh dan siap kerja lagi.

Q: Kira-kira udah berapa banyak sih produk Kimilatta yang terjual?
A: Karena Kimilatta sudah berjalan hampir 2 tahun, berarti kira-kira ada 1000 pieces barang yang terjual.

Q: Cuma pengen tanya sih. Waktu itu keluarga mendukung kamu berbisnis nggak?
A: Mendukung banget. Malah waktu itu, Mamaku yang seorang wirausaha, menantang aku untuk menggunakan modal sendiri. Tapi sempet ada kala dimana Mamaku nggak mendukung karena tau IPK-ku sempet jeblok. Beliau langsung deh menyarankan 'bisnis boleh diterusin, tapi kuliah jangan ditinggalin'.

Q: Gimana sih caranya kok bisa nitip barang di toko-toko gitu?
A: Alasannya karena kenal dengan owner-nya. Nah disini aku pengen nekankan kalau kekuatan network itu penting buat kelangsungan bisnis kita kedepannya.

Q: Gimana cara meyakinkan customer agar mereka tertarik dengan produk kita?
A: Kasih informasi yang jelas ke customer kita. Contohnya, Kimilatta selalu kasih info tentang detail bahan agar customer nggak merasa dibohongi. Selain itu, konsep foto produk Kimilatta selalu aku buat beda. Aku sengaja kasih ornamen-ornamen menarik agar customer selalu pengen berkunjung ke page-ku. Contohnya nih, aku ngasih hiasan patung burung hantu warna-warni di foto produk cincin Kimilatta.

Q: Gimana cara menjangkau customer dari luar negeri?
A: Dengan aktif di online, tentunya. Tapi saat ini Kimilatta belum bisa melayani worldwide shipping karena cukup ribet dan aku pengen nyelesein kuliahku dulu.

Q: Ada saran atau pesen gitu nggak buat para peserta talk show hari ini?
A: Pastinya. Yang pertama, jangan pernah putus asa saat memulai bisnis karena semuanya butuh proses. Kalau ada komentar negatif tentang produk kamu, jangan langsung nurunin standar karena istilahnya kamu juga baru mulai. Hasil baru bisa diliat dalam jangka waktu panjang. Yang kedua, sering-sering eksplor untuk inspirasi. Boleh sih terinspirasi dengan sesuatu, tapi usahakan jangan terpaku sama satu itu aja. Takutnya nanti bisa berujung ke plagiarism. Kalo aku disini malah mengurangi waktu 'terinspirasi' karena menghindari jadi plagiator. Aku bener-bener nggak mau terobsesi sama hal-hal itu aja, karena nantinya bisa berpengaruh di desainku (bisa mirip).

---

Jam menunjukkan pukul 2.45 dan kak Allin D. Carlinta akhirnya menutup sesi talk show yang memang inspiring tersebut. Riuh tepuk tangan terdengar dan para peserta, tim Arva, serta media segera menyerbu booth Kimilatta dan menyaksikan secara langsung keindahan dan keunikan brand yang akan meluncurkan koleksi terbarunya di waktu dekat tersebut.

Terima kasih untuk cerita-ceritanya yang inspiratif, Mars Rizkia.
Terima kasih untuk konsep acaranya yang menarik, Arva School of Fashion. Kami tunggu yang selanjutnya :)

Ibu Aryani Widagdo (berjas merah) terlihat sangat antusias ketika melihat produk Kimilatta.




Mars membantu customer untuk mix and match produk Kimilatta dengan outfit mereka.

SPECIAL THANKS TO:
Arva School of Fashion
Ibu Aryani Widagdo
Ivan Teguh Santoso

*Seluruh foto oleh Ivan Teguh Santoso.

Friday, March 2, 2012

PHOTOS - ORE Soft Opening Party, 2/25/12


Photobucket

Photobucket

Photobucket

Photobucket

Photobucket

Photobucket

Photobucket

Photobucket

Photobucket

Photobucket

Photobucket

Photobucket

Photobucket

Photobucket

Photobucket

Photobucket

Photobucket

------
Foto oleh : Putri Macan

Monday, October 24, 2011

Event report: DIY TALK#6 - FASHION

Halo semua! Kemarin pada dateng gak nih ke acara DIY Talk#6? Kalo enggak, aduhh rasanya sayang banget deh. Soalnya kalian ngelewatin sebuah momen yang inspiratif!
----------------

#1 : Pra-acara.

Saat itu jarum jam mengarah pukul 16.30. Tim Surabaya Fashion Carnival segera beranjak dari kendaraan dan menuju sebuah perpustakaan yang berada di jalan Cipto 20, Surabaya. Sesampai di pintu masuk, kami langsung disambut ramah oleh Anitha Silvia (Tinta), seorang kerabat dan juga penikmat acara seni dan budaya. Beliau lantas segera mengajak kami bertemu dengan teman-teman pengurus perpustakaan C2o (salah satunya Kathleen Azali -- pemilik perpustakaan C2o) dan moderator acara diskusi sore itu, Linartha Darwis. 

 Tim Surabaya Fashion Carnival

Sambil memberikan materi presentasi kepada Kathleen, kami juga menyambi obrolan dengan Linartha yang ternyata adalah penulis di sebuah majalah lokal. Obrolan kami pastinya tidak jauh-jauh dari kegiatan masing-masing; mulai dari topik kegiatan Surabaya Fashion Carnival sampai pada sneak peek tentang materi diskusi. Tidak lama kemudian, datanglah Kanyasita Mahastri dan Andriani Rahayu dari label VRY yang kompak dengan outerwear hitam-nya. Kedatangan mereka membuat suasana semakin ramai, diikuti dengan hadirnya Ibu Ariani Widagdo (founder Arva School of Fashion), Embran Nawawi (instruktur fashion design Arva School of Fashion), Era Hermawan (pemilik Tempat Biasa), Chamomile Nungki (owner dan creative director dari label House of Laksmi), dan pasangan suami-istri pelopor independent premium store di Surabaya, Alek Kowalski dan Dewi Asthari (pemilik ORE Premium Store dan fashion label allthethingsivedone). Nah, para pembicara kini sudah lengkap. Yuk kita mulai acara diskusi-nya!

#2 : Acara !

Menjelang pukul 6 sore, para peserta diskusi mulai memenuhi venue. Jujur aja, kami cukup takjub melihat jumlah perbandingan peserta cowok dan cewek saat itu yang gak jauh beda. Hal ini tentu bertentangan dengan perkiraan kami sebelumnya bahwa diskusi kali ini bakal dipenuhi peserta cewek (kalian pasti tau alasannya. Iya ‘kan?). Namun itu bukan masalah besar, berarti ada peningkatan awareness akan fashion disini. Setuju? :)

Linartha Darwis, selaku moderator, akhirnya membuka acara diskusi dengan sesi perkenalan tiap pembicara. Diawali dengan Chamomile Nungki dan presentasi karya kebayanya yang mengagumkan, lalu berlanjut pada giliran kami; tim Surabaya Fashion Carnival yang saat itu diwakili oleh Felkiza Vinanda, Reza Oktivia Hamenda, dan Putri Macan (khusus event ini, Mars Rizkia mewakili Kimilatta). Presentasi kami diawali dengan pemutaran portfolio video yang menunjukkan karya Surabaya Fashion Carnival dari tahun 2008 sampai sekarang, mulai dari fitur-fitur yang ada di blog sampai pencapaian kami ketika diliput oleh berbagai media. Setelah video selesai diputar, tiba-tiba mengalir deru tepuk tangan yang cukup meriah dari peserta. Ah, rasanya entah harus bangga atau bagaimana, yang jelas saat itu kami senang mendapatkan apresiasi dari mereka :)

Untuk mempersingkat waktu, Linartha segera mengarahkan sesi perkenalan pada para pembicara selanjutnya, yaitu Mars Rizkia, owner dan creative director lini perhiasan Kimilatta, dan Kanyasita Mahastri serta Andriani Rahayu yang mewakili fashion label VRY. Merujuk pada koleksi kalung handmade dreamcatcher Kimilatta yang unik dan pakaian wanita dengan tone warna variatif dari VRY, tiga gadis tersebut juga disambut tepuk tangan dari peserta!

 Suasana saat diskusi

Perkenalan pun berlanjut pada Alek Kowalski yang membawa nama allthethingsivedone, sebuah fashion label yang didirikannya bersama Dewi Asthari di tahun 2007. Dengan kemampuan public speaking yang baik, Alek Kowalski seakan-akan dapat membius para peserta dan pembicara untuk terus menyimak apa yang sedang ditawarkan oleh allthethingsivedone. Hal ini diteruskan saat giliran perkenalan jatuh ke tangan Ibu Ariani Widagdo dan Embran Nawawi; mereka berulang kali menyebutkan nama Alek Kowalski dan label allthethingsivedone sebagai contoh proses dan produk yang telah sesuai dengan ilmu pengetahuan fashion design. “Produk fashion yang baik itu adalah produk yang fungsional. Saya suka dengan konsep seasonal (Spring/Summer atau Fall/Winter) yang ditawarkan mas Alek untuk label allthethingsivedone,” ujar Ibu Ariani di sela-sela presentasinya tentang Arva School of Fashion.

Selanjutnya, Embran Nawawi memberikan ‘bonus’ materi tentang proses mendesain pakaian secara benar; dari tahap membangun konsep sampai pada menjualnya di pasaran. Tak heran jika para peserta diskusi terlihat semakin serius menyimak penjelasan Embran, karena beliau selalu membahas permasalahan yang sering dihadapi para desainer pakaian. Misalnya, tentang bagaimana mereka harus mendesain pakaian yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Jawaban Embran akhirnya membawa para peserta ke sebuah forum diskusi yang menarik dan inspiratif, seiring mereka diajak untuk berpikir lebih kritis terhadap perkembangan infrastruktur local fashion di Surabaya.

Di urutan terakhir, presentasi Era Hermawan sebagai owner Tempat Biasa menutup sesi perkenalan para pembicara. Karya-karyanya yang berupa penjualan secondhand stuff berkualitas juga tidak luput dari perhatian dan kritisi para peserta diskusi sekaligus pembicara saat itu. Sampai akhirnya terkuak satu persatu issue penting tentang local fashion scene Surabaya dan diskusi mengarah pada topik “Bagaimana masing-masing pembicara membahas dan mencari solusi atas issue tersebut?”.

Chamomile Nungki, Era Hermawan, Ibu Ariani Widagdo, Embran Nawawi, dan Alek Kowalski semuanya sudah angkat bicara dalam menyelesaikan satu persatu issue yang dihadapi; kini perhatian para peserta diskusi tertuju pada tim Surabaya Fashion Carnival. Surprisingly, kami langsung ditembak dengan pertanyaan “Kenapa sih kalian udah jarang posting?”. Spontan, pertanyaan tersebut langsung bersambung ke topik lainnya; sampai kami bahkan diberi saran menarik untuk membuka peluang kontribusi artikel (agar blog content kami semakin padat) dan mendokumentasikan pergerakan fashion di Surabaya dari tahun ke tahun. Melihat proses diskusi yang interaktif ini, kami sangat berterima kasih kepada para peserta untuk kontribusinya; baik melalui saran maupun kritik terhadap kami sebagai salah satu penggiat fashion di Surabaya. Terima kasih sekali lagi, usul kalian akan kami tampung :)

#3. Akhir acara.

Proses penutupan diskusi ditandai ketika Alek Kowalski memberikan sedikit komentar tentang isu local fashion scene Surabaya. Beliau menyebutkan bahwa masyarakat pecinta fashion di Surabaya hendaknya sering mengadakan forum khusus. Forum dimana para akademisi, produsen (perancang busana atau aksesoris), distributor (pemilik butik/distro), maupun tim media (jurnalis fashion) dapat bertemu dan mendiskusikan issue-issue penting dalam local fashion scene Surabaya. Anjuran beliau tersebut segera mendapatkan respon positif dari para pembicara, moderator, dan peserta diskusi dengan ditandai deru tepuk tangan yang mengisi venue diskusi malam itu.

Seiring berjalannya waktu, akhirnya forum tanya-jawab harus ditutup. Linartha Darwis selaku moderator segera memberi kesimpulan dari isi diskusi, salah satunya tentang kehadiran media yang sangat penting untuk menyalurkan informasi perkembangan fashion kepada masyarakat Surabaya. Kami pun semua bertepuk tangan sekaligus menandakan bahwa acara diskusi DIY Talk#6 : Fashion telah berakhir..

Para pembicara :)
(Ki-ka : Chamomile Nungki, Putri Macan, Felkiza Vinanda, Embran Nawawi, Mars Rizkia, dan Kanyasita Mahastri)

 Tim Surabaya Fashion Carnival dan VRY berfoto dengan sang moderator, Linartha Darwis

Baiklah, teman-teman. Sampai jumpa di event berikutnya dan tunggu update yang lain dari kami ;)

*Foto oleh : Fajri Armansya

P.S: Surabaya Fashion Carnival mengucapkan terima kasih kepada teman-teman pengurus perpustakaan C2o (Kathleen Azali, Anitha Silvia, dan kawan-kawan), para pembicara (Camomile Nungki, Ibu Ariani Widagdo, Embran Nawawi, Alek Kowalski, Kanyasita Mahastri, Andriani Rahayu, dan Era Hermawan), moderator acara (Linartha Darwis), dan para peserta diskusi atas kesempatan berharganya malam itu. Kalian semua hebat dan sangat inspiratif! Semoga di lain waktu kita bisa bertemu lagi ya ! :)

Thursday, September 8, 2011

Event report: The grand opening event of Centro Department Store

Congratulations on the new branch of Centro Department Store! We're so glad to have you here. So please check our latest moments on the grand opening event. Photos are taken by Mars Rizkia.



The grand opening event took place on August 3rd, 2011 at Galaxy Mall, Surabaya. It was 6 pm and the guests were queuing to fill the registration form. Their invitation cards were exchanged by a kind of wrap-around paper band as a sign for passing the entrance gate. Soon after signing the registration form, the guests were expected to take some photos on the wall of fame and then, walked through the line on a red carpet. As they entered the main venue, they might enjoy some delicious food and beverages which offered by the committee as well. This chance surely had them to get together and chat with their friends while enjoying the meal.

Followed by time, Ferry Salim, our favorite local actor and model, soon appeared as the host and we officially could see the evening show. *yeay*





The show was running under the theme "A Star Is Born" and it was divided into two sequences. The first sequence featured casual night dresses which offered draping technique, simple cutting, stunning colors, and unique patterns as details. Still, the next sequence presented more formal night dresses which combined silk and batik as the materials. Wow, all of them were superb!



Soon, the show was closed with a first walk of Olla Ramlan, our local actress & model, and the guests weren't not all leaving, they came to follow her as well. 'Coz it was shopping time! :)

Surabaya Fashion Carnival team & friends

Tuesday, August 23, 2011

Event report: CIRCUS Harvest Summer Sale

Seusai HIPMI Garage Sale bulan Mei kemarin, kali ini tim Surabaya Fashion Carnival berkesempatan untuk meliput acara CIRCUS Harvest Summer Sale pada tanggal 20-21 Agustus 2011. Acara yang digagas oleh Kemon Production dan Electricity Main Project ini cukup dapet respon positif dari masyarakat, karena mereka tetap masukin unsur charity kedalam acara (10% dari hasil penjualan akan disumbangkan untuk mereka yang membutuhkan) dan juga nambahin beberapa program baru; seperti lomba makan keripik Maicih, bagi-bagi Coca Cola secara gratis, dan bagi-bagi voucher Noin Brand sejumlah Rp 20.000,00 untuk 5 orang pemenang. Wah, seru ya?

Yep! Pantes deh kalo acara tersebut kebanjiran pengunjung selama 2 hari. Maklum, 600 barang yang tersedia disana emang gak karuan murahnya. Jadi gak heran dong ya semua pada belanja gila-gilaan sampe omzet dari acara ini mencapai Rp 10.000.000,00 rupiah! *WOW!*

Suasana CIRCUS Harvest Summer Sale di hari pertama.
Seru, karena bisa belanja skaligus nonton acara musik! :)

*Atas kiri-kanan* : Senyum panitia CIRCUS Harvest Summer Sale yang sumringah :)
*Bawah kiri-kanan* : Temen-temen dari KLASTIC Surabaya yang ikut ngeramein acara.
*Atas kiri* : Reporter Surabaya Fashion Carnival berfoto dengan salah satu panitia acara.
*Atas kanan dan bawah* : Anggota KLASTIC Surabaya dan band Volka yang turut ngeramein CIRCUS Harvest Summer Sale.

Selain itu, fakta menarik dari acara ini adalah ketika seluruh harga barang dipotong 2% dalam waktu 1 jam sebelum closing di hari kedua. Udah bisa bayangin 'kan, gimana para pengunjung makin pengen ngeborong. Hihi untung deh, saat itu panitia nggak mengalami kesusahan karena para pengunjung dan partisipan acara telah cukup kooperatif untuk sama-sama ngadain acara yang lancar dan efektif (ssst.. semuanya pada patuh sama larangan gak boleh ngerokok didalem ruangan juga loh!).

Oke, segitu dulu deh laporan untuk acara CIRCUS Harvest Summer Sale. Kita tunggu edisi taun depan ya!

Sunday, May 1, 2011

Event report: HIPMI Garage Sale

Hari Sabtu tanggal 30 April 2011 kemaren, Surabaya baru aja diramein sama acara garage sale yang seru. Kali ini yang ngadain adalah temen-temen dari Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) pengurus cabang Surabaya.. Pada acara yang berlangsung selama 11-12 jam itu, terdapat 18 stan yang tersebar mengelilingi sebuah rumah berukuran sedang. Rata-rata dari mereka berjualan baju-baju secondhand yang dibandrol dari harga belasan ribu sampai puluhan ribu rupiah.




Di sesi malem hari, panitia udah menyiapkan acara musik yang nampilin band-band lokal laris, seperti Daily Diaries, The Ninits, KRYWN, Noise Good, African Air Conditioner, dan yang terakhir, Frontliner sebagai band penutup.




Secara keseluruhan, acara HIPMI Garage Sale ini berlangsung dengan seru. Walaupun udara di sekitar area sempat terasa ‘pengap’, namun para partisipan dan pengunjung terlihat antusias dan bersemangat.




Oke, kami tunggu acara selanjutnya ya, temen-temen HIPMI!

Sunday, February 20, 2011

Event report: Locker Keeper Vol.2

Waktu menunjukkan pukul jam 9 pagi dan para partisipan telah memenuhi kebun belakang dan pinggir cafe CCCL. Ada yang terlihat sedang membawa mannequin, ada juga yang sibuk menenteng tas-tas super besar. Ya, karena hari ini adalah spesial. Mereka akan terlibat di salah satu acara yard sale yang harus 'diantisipasi' taun ini di Surabaya, yaitu Locker Keeper vol.2!

Photobucket
Suasana di siang hari. Panas-panas tapi tetep semangat!

Setelah 1 jam persiapan, akhirnya acara Locker Keeper vol.2 resmi dibuka pada pukul 10 pagi. Pada saat itu, area masih dipenuhi oleh para partisipan dan panitia. Namun menginjak pada waktu-waktu selanjutnya, sekitar ratusan orang telah memadati gedung Pusat Kebudayaan Perancis Surabaya (CCCL Surabaya), terutama di kebun belakang dan area cafe. Para pengunjung tersebut terlihat begitu antusias layaknya sedang memburu harta karun. Bagaimana tidak; pada Locker Keeper vol.2 kali ini, mereka bebas berbelanja di 26 stan (25 stan partisipan + 1 stan Surabaya Fashion Carnival) berbeda yang tertata di area. Most of them were selling clothes, tapi ada juga stan yang khusus menjual puluhan vinyl seharga 10ribuan saja. Wow, tentu saja pilihan-pilihan menarik tersebut terasa sangat menggiurkan!

Photobucket
Ini nih booth-nya April dan Sinta, para pemilik Vavavoom Boutique!

Photobucket
Spotted!: Nancy N Siagian

Photobucket

Photobucket

Photobucket
Spotted!: Regina Bestrya

Photobucket 
Samola's booth!

Menuju siang hari, area makin dipenuhi oleh para pengunjung yang tampil stylish. Ada yang bergaya ala majalah cewek jaman sekarang, ada juga yang bergaya ala international street-stylers. Untuk hasil pengamatan kami, bisa kalian liat pada dua foto diatas yang berjudul 'Spotted!' :)
Photobucket

Photobucket
Hello Krishna Pradana! Our previous partner in Locker Keeper vol.1! :)

Masih ingat dengan Krishna Pradana dari Dress Up Everday, partner kami sebelumnya di Locker Keeper vol.1? Kali ini, mahasiswa semester 6 DKV UK Petra tersebut bergabung sebagai partisipan di cafe area. Ketika ditanya apa pendapatnya mengenai Locker Keeper vol.2, ia langsung menjawab dengan dua jempolnya. Wow, terima kasih ya!

Photobucket

Photobucket

Photobucket
Booth-nya Surabaya Fashion Carnival nih :)

Nggak mau kalah dengan partisipan lainnya, kru Surabaya Fashion Carnival juga membuka stan khusus di area cafe. Disitu kami bersebelahan dengan stan para repro Provoke! sebagai salah satu bukti kolaborasi Surabaya Fashion Carnival dengan majalah gratis ternama untuk anak SMA tersebut.

Photobucket
Surabaya Fashion Carnival's crew!
(Left to right: Putri Macan, Mars Rizkia, Reza Oktivia, Felkiza Vinanda)

Menjelang sore hari, ketika para pengunjung mulai terlihat lelah gara-gara panasnya matahari; akhirnya suasana 'didinginkan' oleh kehadiran DJ Arianne yang bermain didekat stan Surabaya Fashion Carnival dan Provoke!. Wah, asik!

Photobucket
There she goes, DJ Arianne!

Photobucket

Photobucket
Persiapan "Surabaya Balloons of Hope".

Photobucket
Disini para partisipan diminta menuliskan harapannya buat Surabaya di sebuah kertas yang nantinya akan diterbangkan bersama-sama puluhan balon. Wow!

Sekarang waktunya untuk KEJUTAN! Para agent provocateurs (sebutan bagi temen-temen Provoke!) tiba-tiba datang membawa puluhan balon putih ke venue. Ternyata mereka mau bikin acara "Surabaya Balloons of Hope" dimana para partisipan diwajibkan untuk menulis harapan tentang kota Surabaya yang nantinya bakal diterbangin ke udara bersama-sama. Setelah menunggu beberapa menit, akhirnya puluhan balon pun diterbangkan dengan diiringi tepuk tangan yang meriah. Oh, what a day!

Photobucket

Photobucket


Photobucket

Photobucket
Nasya Meidila, Rania Putrisari, and friends.

Ternyata setelah itu kejutan belum berakhir. Sambil menanti waktu break adzan Maghrib, Provoke! bekerjasama dengan CCCL Surabaya membagikan cokelat hangat pada pengunjung untuk sama-sama merayakan hari Valentine pada tanggal 14 Februari lalu. Wah, cukup romantis ya!

Waktu pun bergulir. Seperti atmosfer acara-acara kebanyakan; makin malam, makin banyak pengunjung yang datang. Tampak beberapa partisipan mulai membereskan barang dagangannya karena dirasa telah cukup sampai waktu itu. Berbeda dengan lainnya, mereka tetap berada di venue dan bersemangat menanti acara musik dari band-band yang tergabung dalam Locker Keeper's music session!

Dan sesi pada malam hari itu dibuka oleh duo MC dari jurusan Ilmu Komunikasi UNAIR, yaitu Delag dan Vinda. Dengan penampilan yang atraktif, mereka langsung memperkenalkan acara Locker Keeper vol.2 pada para pengunjung. Menginjak pukul 7 malam, akhirnya dibukalah music session yang dipersiapkan oleh teman-teman African Air Conditioner dan Provoke!. Welcome to the stage, Longest Afternoon From Porch#2 and high school bands!

Photobucket
African Air Conditioner on stage

Photobucket

Photobucket
The crowds!

Photobucket
Deskripsi Sebuah Mahasiswa

Photobucket
Egon Spengler

Penonton menggila! Benar-benar malam yang dahsyat untuk para penikmat musik pada waktu itu. Semua sibuk bernyanyi (dan sesekali moshing) bersama mengikuti serunya penampilan dari Mooikite, Frontliner, African Air Conditioner, Egon Spengler, My Father Is John, Deskripsi Sebuah Mahasiswa, Silampukau, dan band-band SMA pemenang Provoke! Art Wave #1.

Photobucket
Surabaya Fashion Carnival's crew feat. Sharon Olivia & Josdi Spencer Hamenda + Rama Dicandra!
Wohoo!
Yap! Dan pada jam 10 malam, acara Locker Keeper vol.2 benar-benar berakhir. Sampai jumpa di Locker Keeper vol.3 tahun depan! Jangan sampai kalian lewatkan :)

SPECIAL THANKS TO :
CCCL Surabaya, Provoke! (Fanya, Sipenk), African Air Conditioner (Fajri, Bejo, Mario, Ardo), Ardananeswari Ekin, Mahadia Tandita, Mooikite, Frontliner, Egon Spengler, My Father Is John, Deskripsi Sebuah Mahasiswa, Silampukau, band-band SMA (After School, Freak Roll, Back To School, Gula Merah), Prambors 89,3 FM, My Radio 94,4 FM, Rockmen, dan tentunya para partisipan dan pengunjung yang hebat!

*Foto oleh : Putri Macan, Ardananeswari Ekin, Felkiza Vinanda, Mario Adinata, Surya Apriyanto, Denan Bagus, dan Rama Dicandra.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...